Cara Enrique Menyulap Trio MSN Begitu Maut
Barcelona berhasil ke babak puncak Liga Champions untuk keempat kalinya dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Final kali ini menjadi spesial karena Barcelona memiliki peluang untuk mengawinkan tiga gelar sekaligus pada musim ini.
Berbicara mengenai keganasan Barcelona, berarti membicarakan juga soal trio striker mereka musim ini. Polesan pelatih Luis Enrique mampu menciptakan trisula maut yang terdiri dari Lionel Messi, Neymar, dan Luis Suarez. Tiga pemain tersebut tidak bisa dilepaskan dari langkah sukses mereka di setiap ajang yang diikuti oleh El Barca musim ini.
Sejauh ini trio penyerang mereka yang dikenal dengan singkatan MSN tersebut telah menyumbang 114 gol di seluruh kompetisi. Lionel Messi mencetak 53 gol dengan rata-rata gol per pertandingannya mencapai 1,10, terbaik dari dua koleganya. Sementara Neymar telah mencetak 37 gol dengan rata-rata gol 0,93. Terakhir, Suarez yang baru membela Barca pada jornada kesembilan telah melesakan 24 gol dengan rata-rata 0,66 gol per pertandingan.
Kontribusi trio MSN tidak hanya sebatas dalam merobek jala lawan, peran assist dari kaki ketiganya juga menjadi faktor krusial untuk Blaugrana. Messi menorehkan 23 assistsepanjang musim ini, sementara Suarez dan Neymar masing-masing telah membuat 17 dan enam assist.
Jika ingin dijabarkan, ketiganya bahkan seolah memiliki siklus assist sendiri. Messi memberikan 13 assist kepada Neymar, di mana Neymar memberikan sembilan assistkepada La Pulga. Suarez mempersembahkan empat assist untuk Messi, sementara La Pulga membayarnya dengan lima assist, atau surplus satu assist kepada El Pistolero.
Pemain asal Uruguay juga memberikan delapan assist kepada Neymar, namun Neymar belum satu kalipun memberikan assist kepada Suarez. Muncul pertanyaan, bagaimana Luis Enrique mampu menciptakan tiga mesin pembunuh sekaligus dalam satu tim? Pola formasi Barca adalah 4-3-3, namun Enrique tidak terpaku dalam template tersebut.
Dalam pertandingan melawan PSG, Enrique mengubah formasi menjadi 3-2-3-2, mem-plot Suarez dan Messi sebagai ujung tombak, dan menggeser Neymar sedikit kebawah, sejajar dengan Iniesta dan Pedro. Penguasaan bola dan operan pendek pada jaman Guardiola tidak lagi diterapkan. Enrique lebih memilih untuk menekankan taktik yang jauh lebih tegas, direct pass, dan memaksimalkan kebrilianan trio penyerangnya untuk saling membuka ruang. Toh hasilnya memang terbukti ampuh.
Enrique juga menekankan agar pemainnya selalu melakukan tembakan ke arah gawang jika memiliki peluang, hal tersebut berbeda dengan masa-masa bersama Guardiola maupun Gerardo Martino.
Klimaks atau tidaknya musim ini untuk Barcelona akan tersaji di Berlin, 7 Juni 2015. Terlepas setuju akan berhasil atau tidaknya mereka di babak final nanti, patut diakui Barcelona versi Enrique memberikan dimensi baru untuk permainan Blaugrana.